Kemeriahan lebaran mulai terasa tahun ini, berbeda dengan dua tahun terakhir, dimana lebaran menjadi momen yang memilukan. Dengan banyaknya peristiwa menyedihkan yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Covid-19 bukan hanya berimbas pada sektor kesehatan, tapi semua sektor yang ada ikut merasakan dampaknya. Tahun ini kita perlu berbangga setelah dua tahun terakhir berjuang, akhirnya momen lebaran berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman yang dulu hanya angan-angan kini bisa dirasakan. Aturan mudik lebaran yang dulu dilarang kini sudah dicabut dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Mudik lebaran bukan sekedar tradisi tapi menjadi ajang tempat kita untuk bersilaturahmi dengan keluarga, saudara, dan teman yang hanya bisa bertemu setahun sekali. Selain bersilaturahmi, lebaran juga menjadi salah satu wadah untuk berbagi rejeki, mulai dari bertukar parcel lebaran hingga pembagian THR. Kemeriahan lebaran dengan berbagai pernak-perniknya seperti, tradisi baju baru, opor ayam, dan kue kering pun tidak ketinggalan disiapkan, agar lebaran semakin meriah. Orang-orang berlomba tampil memukau saat pulang di kampung halaman dengan banyaknya pernak-pernik lebaran yang mereka siapkan.
Hal ini sangat berbeda dengan suasana bulan ramadhan dimana kita lebih fokus berbuat baik dengan sesama dan beribadah mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Ramadhan menjadi momen orang-orang berbuat baik, sedangkan Lebaran Idul Fitri menjadi perayaan kemenangan setelah sebulan menahan hawa nafsu. Seringkali setelah dua moment ini terlewat kita sering lupa dengan kebiasan baik yang kita lakukan selama satu bulan terakhir di bulan ramadhan.
Orang-orang menganggap lebaran sebagai tanda usainya usaha-usaha baik manusia, dimana selama sebulan mereka menahan hawa nafsu, berbuat baik dengan sesama, dan lebih banyak mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Idealnya sebuah usaha baik harusnya terus dilakukan agar menjadi kebiasaan baik. Dimana kebiasaan baik tadi bukan hanya dilakukan karena kewajiban saja, tapi menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Lebaran Idul Fitri sebaiknya menjadi momen kita untuk berusaha mempertahankan perbuatan baik bukannya malah merasa bebas dari tuntutan untuk berbuat baik. (isna)